Sunday, June 1, 2008

Menutup Rambut Bagi Wanita

MENUTUP RAMBUT BAGI WANITA
Dr. Yusuf Al-Qardhawi
PERTANYAAN
Ada sebagian orang mengatakan bahwa rambut wanita tidaktermasuk aurat dan boleh dibuka. Apakah hal ini benar danbagaimana dalilnya?
JAWAB
Telah menjadi suatu ijma' bagi kaum Muslimin di semua negaradan di setiap masa pada semua golongan fuqaha, ulama,ahli-ahli hadis dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita itutermasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka dihadapan orang yang bukan muhrimnya.
Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayatAl-Qur'an: "Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..." (Q.s. An-Nuur: 31). Maka,
berdasarkan ayat di atas, Allah swt. telah melarangbagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya.Kecuali yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama,baik dahulu maupun sekarang, tidak ada yang mengatakan bahwarambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkanulama-ulama yang berpandangan luas, hal itu digolongkanperhiasan yang tidak tampak. Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi mengatakan, "Allah swt. telahmelarang kepada kaum wanita, agar dia tidak menampakkanperhiasannya (keindahannya), kecuali kepada orang-orangtertentu; atau perhiasan yang biasa tampak." Ibnu Mas'ud berkata, "Perhiasan yang lahir (biasa tampak)ialah pakaian." Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, "Wajah"Ditambah pula oleh Sa'id Ibnu Jubair dan Al-Auzai, "Wajah,kedua tangan dan pakaian." Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Masuri Ibnu Makhramah berkata,"Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasandan cincin termasuk dibolehkan (mubah)." Ibnu Atiyah berkata, "Yang jelas bagi saya ialah yang sesuaidengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuktidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indahdan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian padabagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya, karenadarurat dan sukar, misalnya wajah dan tangan." Berkata Al-Qurthubi, "Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baiksekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak diwaktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnyasalat, ibadat haji dan sebagainya." Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkanoleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma' binti AbuBakar r.a. bertemu dengan Rasulullah saw, ketika itu Asma'sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah saw.memalingkan muka seraya bersabda: "Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini ..." (beliau mengisyaratkan pada muka dan tangannya). Dengan demikian, sabda Rasulullah saw. itu menunjukkan bahwarambut wanita tidak termasuk perhiasan yang bolehditampakkan, kecuali wajah dan tangan. Allah swt. telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin,dalam ayat di atas, untuk menutup tempat-tempat yangbiasanya terbuka di bagian dada. Arti Al-Khimar itu ialah"kain untuk menutup kepala," sebagaimana surban bagilaki-laki, sebagaimana keterangan para ulama dan ahlitafsir. Hal ini (hadis yang menganjurkan menutup kepala)tidak terdapat pada hadis manapun. Al-Qurthubi berkata, "Sebab turunnya ayat tersebut ialahbahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala denganakhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke belakang,sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka,Allah swt. memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitudada dan lainnya." Dalam riwayat Al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata,"Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah." Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannyauntuk menutupi apa yang terbuka. Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anakdari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakaikerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyahr.a. lalu berkata, "Ini amat tipis, tidak dapatmenutupinya."

Thursday, May 15, 2008

Cara Berdoa Menolak Bala

Daripada Anas r.a : "bahawa Nabi s.a.w meminta hujan maka mengisyaratkan dengan belakang tangannya ke langit,"

Ini adalah dalil bahawa apabila hendak berdoa menolak bala, maka sesungguhnya beliau menangkat kedua tangannya dan di jadikan belakang tangannya kearah langit, dan apabila ia berdoa meminta sesuatu supaya di hasilkan di jadikan pula tapak tangannya ke arah langit. Sesungguhnya adalah riwayat yang sorih pada Khalid bin Sabit daripada bapanya : "sesungguhnya adalah Nabi s.a.w apabila ia meminta di jadikannya tapak tangannya ke arah langit (menadah tangan) dan apabila ia meminta perlindungan di jadikan belakang tangannya pula ke langit."

Siapa Yang Layak Menjadi Iman

Daripada Abi Said : " telah bersabda Rasullullah s.a.w : "apabila adalah mereka itu tiga orang maka hendaklah mengimamkan salah seorang mereka, dan yang lebih berhak menjadi imam ialah orang yang lebih Qori antara mereka,"

Daripada Aqobah bin umru telah bersabda Nabi s.a.w "hendaklah yang menjadi imam suatu kaum itu orang yang lebih Qorinya dengan Kitab Allah, maka jika mereka dalam perkara Qori ini sasama mereka hendaklah orang yang lebih Alim dengan Hadis, maka jika mereka dalam perkara hadis itu sesama mereka hendaklah orang yang lebih di dahulu berhijrah, maka jika mereka dalam perkara hijrah itu sesama mereka hendaklah yang lebih tua dan setengah lafaz orang yang lebih dahulu islam. dan jangan lah menjadi imam seorang lelaki itu akan seorang lelaki yang lainnya kerana sultonnya (kekuasaannya, pangkatnya, dan sebagainya) dan janganlah duduk di rumahnya atas hamparannya melainkan dengan izinnya."

Juga bersamaan juga sifat-sifat tersebut maka di dahuluan orang yang elok ingatannya (luas pengalamannya) kemudian orang yang lebih bersih pakaiannya, badannya, dan yang baik keadaannya (pekerjaannya) dan baik suaranya, kemudian orang yang lebih baik mukanya.

Sumber : المعين المبين karangan ustaz abdul hamid hakim (1376 - 1957) muka 116

Bersuci ( الطهارة)

Segala Air yang sah bersuci dengannya adalah
1. Air yang turun daripada langit seperti Air Hujan
2. Air yang keluar daripada bumi seperti Air Embun, Air laut, air sungai, air mata air
dengan sifat asal kejadiannya.

Air terbahagi kepada 4 bahagian
1. Air Suci pada dirinya lagi menyucikan bagi yang lain tiada makruh istimal (digunakan) dan di kenali dengan AIR MUTLAK daripada kait yang lazim, maka tiada memberi mudarat kaid yang berurai pada keadaannya yang mutlak seperti air telaga, atau air sungai atau sebagainya. Dan dengan kaid yang terurai kaid lazim seperti air tebu, air nyiur dan seumpamanya.

2. Air suci lagi menyucikan tetapi makruh istikmal (digunakan) pada badan orang yang takut atasnya penyakit sopak atau air tambahannya atau berkekalan tempatnya. dan air yang dipanaskan oleh cahaya matahari pada negeri yang panas pada bejana (bekas) yang menerima tukul melainkan bejana emas dan perak. Makruh pula air yang sangat panas dan sangat sejuk.

3. Air yang suci pada dirinya tida menyucikan yang lain. Iaitu air yang muktakmal pada mengangkat hadas iaitu Air kali pertama pada wuduk yang wajib dan mandi yang wajib. Atau Air yang mustakmal pada menghilangkan najis jika tiada berubah dan tiada bertambah pada timbanganya. Kemudiannya bercerainya daripada barang yang ada ia daripada dikira-kira kan kadar muayasaf yang di basuhnya. Dan air yang berubah salah satu daripada tiga sifat dengan sebab bercampur dengan suatu yang suci yang banyak berubahnya yang menegah mutlak nama air atasnya samada berumah pada حسى atau pada تقدير seperti bercampur dengannya suatu yang menyamai akan dia pada sifatnya seperti air mawar yang hilang baunya dan rasanya dan warnanya dan air yang mustakmal maka tiada di tegah mutlak nama air atasnya dengan bahawa adalah berubahnya sedikit dengan sesuatu yang suci atau dengan yang menyamai akan air pada segala sifatnya dan di takdirkan menyalahi pada hal tiada mengubah akanya maka tiada di tinggalkan sucinya lagi menyucikan yang lain. (maka keluar) dengan kata bercampur dengan sesuatu yang suci yang bercampur dengan sesuatu yang suci yang مجاور bahaginya maka bahawa sanya kekal ia atas sucinya dan jika banyak berubahnya sekalipun (dan demikian lagi) air yang berubah bercampur sesuatu yang tiada terkena air daripadanya seperti tanah dan kiambang dan barang yang pada tempat-tempatnya dan lakunya dan yang berubah dengan masa.

4. Air yang muntanajis iaitu air yang jatuh najis pada nya samada berubah atau tidak pada hal kurang daripada 2 kolah ini jikalau adalah najis itu menajiskan air yang bersalahan yang tiada menajiskan kan dia yaini bangkai yang tiada mengalir darahnya ketika dibunuh atau di belahkanya pada ketika hidupnya seperti lalat dan bubur dan kala dan lipas dan cicak dan seumpamanya dan jikalau tidak dicampurkan padanya tiada mengubahnya. Demikian juga najis yang halus tiada dilihat oleh mata yang pertengahan dan jika najis muhalazah (babi dan anjing)sekalipun maka sekalianya tidak menasjiskan sesuatu yang cair dan air.

Wednesday, May 14, 2008

Menetapkan Ke'esaan Tuhan

1. Keterangan Tuhan Sa (tunggal) : Bahawa sesunggunya jika kita pandang dan menilik kepada kejadian alam ini dengan segala perubahan dan peraturanya yang sempurna, nescaya kita dapati dengan terang dan nyata adalah tuhan yang menjadikan segalanya itu bersifat sa (tunggal) kerana jika berbilang-bilang nescaya tiada didapati ada alam ini kerana lazim lemahnya. oleh sebab muafiqnya atau bersalahan maka kedua hal itu membawa kepada kelemahan mata keterangan jika keduanya muafiq nyatalah diantara keduanya bertolong-tolong dan jika bertolong-tolong menunjukan keduanya lemah dan berhajat kepada pertolongan yang lain. Apalagi jika keduanya sama kuat, atau keduanya sama lemah. Maka yang demikian itu semuanya menunjukan kelemahan pada hal alam ini telah terang nyata dan adanya, dari itu tepatlah bahawa tuhan itu sa jua.

2. Menolak kepercayaan membawa kepada menyekutukan tuhan : Adalah sudah menjadi masyhur dan di sisi apa jua bangsa di dalam dunia ini bahawa masing-masing itu mempunyai adat dan kepercayaan yang karut dan salah lagi menyekutukan tuhan yang maha kuasa. Maka perkara-perkara yang karut itu masih banyak pada masa ini dan banyak pula yang melakukanya dengan tidak sedar mudaratnya.

Antaranya :
Incak dan sebagainya : adalah membuang incak dan memberi makan hantu syaitan itu suatu daripada adat kepercayaan orang-orang yang menyembah berhala kerana mereka itu beriktikad bahawa hantu dan syaitan itu berkuasa menyebabkan sakit atau sampuk(rasuk) dan sebagainya, dari itu menjamu dengan mengadakan incak, tukar ganti, dan sebagainya supaya guna hantu dan syaitan itu boleh menyembuhkan penyakit. Maka kepercayaan yang mengatakan adalah hantu, jin dan syaitan itu berkuasa memberi mudarat dan mendatangkan manafaat itulah kepercayaan yang menyekutukan Allah dengan Makhluknya.

Yang demikian segeralah atas tiap-tiap orang yang beriman menjauhkan daripada kepercayaan, perbuatan yang karut dan salah yang membawa kepada murtad dan kafir.

Sebab Alam Ini Berkehendak Pada Yang Menjadikan

Bahawasanya segala kejadia yang ada didalam alam ini seperti matahari, bulan, bintang-bintang, bumi, laut, segala binatang yang ada di dalam laut dan yang ada diatas muka bumi, anda, tumbuhan, manusia, dan lain-lain lagi daripada kejadian sama ada yang kecil dan yang besar maka tiap-tiap suatu itu telah di jadikan cukup lengkap dengan aturan perjalanan yang tidak mengganggu antara satu sama lain.
Adalah kejadian-kejadian itu jika di amati dengan fikiran yang halus maka tentulah tiap-tiap sesuatu itu tidak boleh ada dengan sendirinya, atau jadi dengan sendirinya. Kerana adanya dan dengna tiada yang mengadakannya itu tidak di terima oleh akal jika tiap-tiap sesuatu itu jadi dengan sendirinya tiada dapat tiada rosaklah peraturan dan perjalanan alam ini, kerana di antara suatu dengan yang lainya berasing-asing dengan tiada menurut suatu aturan yang tertentu, misalnya seperti matahari jika ia jadi dengan sendirinya nescaya bergeraklah dengan sekehendaknya, demikian juga bulan, bintang, bumi dan lainnya. Maka sekiranya tiap-tiap sesuatu itu bergerak dengan sekehendaknya nescaya berlaku kacau bilau alam ini, seumpama bumi ini tiada berpusing menurut aturan yang tertentu, niscaya jadilah pada suatu tempat sentiasa siang dan panas, dan yang lainya sentiasa malam dan sejuk dan tiada lah dapat ketentuan waktu dan masa yang tetap(ditetapkan). Hal yang keadaan seumpama ini membawa kepada kerosakan kehidupan manusia, tetapi kita dapati keadaan alam ini cukuk lengkap dan teratur. Dari itu tidak dapat tiada ada yang menjadikan yang mengatur dan mentakbirkan sekalianya iaitu Allah swt tuhan yang tunggal lagi maha kuasa.

Mengetahui Kejadian Manusia

Mengetahui kejadian manusia.
Telah berselisih ulama tarikh(sejarah) kejadian manusia hingga masa sekarang ada menentukan umur kejadian manusia, setengah mereka berkata bahawa manusia itu di dapati (dijadikan) dahulu daripada peranakan nabi Isa a.s iaitu empat ribu tahun dan setengah pula berkata enam ribu tahun dan untuk mengetahui sebenarnya amat sukar dan payah ialah kerana setengah ulama tarikh' mengatakan bahawa selama bangsa yang di muka bumi ini iaitu bangsa cina, india dan mesir. والله العلم

Bahagian Tarikh (sejarah) terbahagi kepada dua
1. Tarikh umum (عام) : menyatakan dan membahaskan hal kelakuan segala manusia
2. Tarikah Khas (حاص) : menyatakan hal kelakuan sesuatu umat dan bangsa atau satu kerajaan sahaja.

Kurun atau zaman : suatu mengenainya ertinya tiap-tiap masa 100 tahun dikatakan kurun atau zaman.

Bangsa Manusia
Bermula bangsa manusia di dalam muka bumi ini ada bermacam-macam bangsa dan warna dan terbahagi kepada beberapa bahagian. tetapi asal manusia ini terbahagia kepada 3 bahagian yang utama.
1. Bangsa Putih : berasal daripada tanah Monggol (monggolia) dan Farsi kemudian tersiar di tanah india inggeris (british india)
2. Bangsa Kuning : berasal daripada tanah cina, kemudian tersiar di tanah jepun dan utara dan pulau-pulau di lautan Farsi.
3. Bangsa Hitam : Berasal di Tanah Afrika dan Australia.

Najis-najis yang menjadi suci

Najis-najis yang menjadi suci itu 3 perkara.
1. Arak : apabila menjadi cuka dengan sendirinya.
2. Kulit-kulit bangkai : Apabila sudah di samak melainkan kulit anjing dan babi (seangkatan dengannya)
3. Benda-benda yang telah menjadi binatang seperti ulat-ulat dari pada bangkai

Najis-najis yang di maafkan itu 3 perkara
1. Bangkai yang tidak mengalir darahnya jikalau di belahkan dia ketia hidup seperti semut atau lalat atau seumpamanya.
2. Sedikit darah , nanah dan muntah
3. Najis-najis yang halus yang tiada dapat dilihat oleh mata kebanyakan manusia seperti najis-najis yang ada pada kaki lalat.

Hukum Akal

Hukum Akal : Bahawa sanya seseorang yang hendak mengenal Allah swt dan sekalian rasulnya Wajiblah ia mengehtahui terlebih dahulu hukum akal

Pengertian Hukum : Menetapkan (menyabitkan) sesuatu perkara kepada perkara ang lain atau mendapatkan (menafikan) sesuatu perkara kepada suatu perkara yang lain. Misalnya bagi menetapkan seperti di katakan "muhammad menulis", perkara yang pertama iaitu menulis di tetapkan kepada perkara yang keduanya iaitu muhammad, yang demikian misalnya di tetapkan seperti dikatakan "muhammad tiada menulis" perkara yang pertama iaitu menulis di tidakan kepada perkara kedua iaitu muammad yang demikian misalnya di tidakan (dihukumkan muhmmad itu tidak menulis).

Pengertian Akal : Suatu pemberian Allah swt kepada menusia maka dengannya boleh menerima ilmu pengetahuan dan dapat membezakan antara baikdan jahat atau antara salah dengan yuag benar, mudarat dan manfaat.

Pengertian Hukum Akal : menyabitkan (menetapkan) sesuatu perkara kepada suatu perkara yang lain atau menetapkan (menidakan) daripadanya. dengan tidak bergantung kepada berulang-ulang (percubaan) seperti hukum adat, dan tidak bergantung kepada sesuatu perbuatan seperti hukum syara'

Adalah hukum Akal itu 3 bahagian
1. Wajib : Barang yang tentu atau tetap adanya. Misanya seperti sesorang keadaannya dalam sesuatu masa tentu bergerak atau diam, dan tidak di terima akal oleh akal tidak bergerak atau tidak diam
2. Mustahil : Barang yang tentu tidak tetap tiada keadaanya, Misalnya keadaan seseorang itu tidak bergerak dan tidak diam atau bergerakdan diam dalam suatu masa, maka tidaklah di terima kedua-dua hal itu pada akal (mustahil)
3. Harus : Barang ang boleh ada dan boleh tiada, secara berganti-ganti misalnya keadaan seseorang itu ada kalanya boleh bergerak atau diam.

Rujukan : Kitab Tauhid darjah III sekolah agama kerajaan johor cetakan ke sebelas (1390-1970)

Tuesday, May 13, 2008

Bersugi (gosok gigi)

Bersugi : sesuatu perbuatan yang menjadikan bersih mulut dan gigi dan hukumnya adalah sunat

Alat (benda) yang di perbuat bersugi itu suatu jenis kayu di namakan kayu اراك atau tiap-tiap benda yang suci lagi kesat seperti berus, sabut kelapa dan lainya.

Dan sunat muakat pada kelakuan dan tiap-tiap
Apabila hendak membaca Al-Quran
Apabila hendak sembahyang
Berubah bau mulut
Bangun daripada tidur.
Apabila gigi berubah kuning


Dan sunat
Hendak tidur
Mengambil Air Wuduk
Membaca Hadis
Hendak Berzikir
Hendak Masuk Ka’bah
Masuk seorang pada rumahnya
Hendak berjamak
Pada ketika lapar dan dahaga
Hendak mati (dikatakan bahawa sanya ia memudahkan keluar roh
Hendak musafir (berpergian)

Tiada sunat bersugi kepada orang yang berpuasa samada puasa sunat ataupun wajib bahkan makruh dan hilang makruh bila matahari tergelincir (terbenam)

Dan sunat bersugi pada tangan kanan dan dimulakan dengan pihak kanan mulanya dan dilalukan di atas langit-langit dengan perlahan-lahan dan atas gusi-gusi dan gigi dan juga lidah.

Fadilah bersugi antaranya
Dua rakaat solat dengan bersugi adalah lebih baik dari tujuh puluh rakaat dengan tiada bersugi
Mendapat keredoa Allah swt
Menyucikan mulut
Membaikan (mehangpuskan) bau
Menambahkan (menajamkan) Akal
Mencerahkan Mata
Melambatkan tumbuh uban
Membetulkan belakang badan
Menggandakan Pahala
Mengingatkan Kalimah Syahadah apabila hendak mati

*Barangsiapa tiada kuasa untuk bersugi pada waktu yang disebutkan hendaklah dia bersugi pada sehari semalam sekali.

Rujukan : Mutlaun' Badrin

Thursday, May 8, 2008

Cinta Jalan Murni Ke Syurga

Setiap individu yang berperasaan pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap insan, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seharian.
Dalam Islam, cinta merupakan perkara utama dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ini kerana Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta. Sabda Rasullulah s.a.w.: "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya kerana Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh yang demikian, Islam menyeru kepada cinta, iaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada akidah, juga cinta kepada makhluk, sepertimana Allah menjadikan kecintaan suami isteri sebagai sebahagian tanda dan bukti kekuasaanNya. FirmanNya: "Dan di antara tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari kalangan kamu sendiri, supaya kamu dapat hidup tenang bersama mereka. Dan dijadikanNya cinta kasih sayang antara kamu. Sesungguhnya, yang demikian itu tanda bagi orang yang berfikir." (Ar-Rum: 21) Bagaimana perasaan ketakutan, keraguan dan sukar mengambil atau membuat keputusan ini wujud dalam diri seseorang? Ketakutan membuat keputusan ini sebenarnya telah menjadi sebahagian daripada kita tanpa disedari. Perasaan ini adakalanya tersembunyi di sebalik alam bawah sedar kita dan ini amat menyulitkan kita untuk mengesan dan mengatasinya. Jelaslah bahawa cinta adalah tanda kehidupan rohani dalam akidah orang mukmin, sama ada dalam kehidupan beragama, bersosial, mahupun kepercayaan. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang.
Rasulullah saw bersabda: "Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Hendakkah aku tunjukkan kalian kepada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim) Dalam hadis di atas, Rasullulah s.a.w. menegaskan bahawa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam akidah, dan asas dalam agama.
Cinta dalam Islam adalah kaedah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlak serta mencegah atau melindungi diri daripada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai. Sayangnya dalam konteks hari ini, cinta yang lahir sarat hawa nafsu dan menyimpang daripada matlamat yang murni. Saban hari kita didodoikan dengan lagu cinta dan dipertontonkan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayalan yang merugikan. Malah ramai yang menyalahertikan makna sebenar cinta, sehingga terdorong melampaui batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Oleh yang demikian, renungilah sebentar hakikat kehidupan kita di sini. Sabda Rasullulah s.a.w.: "Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri." Juga sabda Rasulullah lagi, "Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain kerana Allah." (HR Hakim dari Abu Hurairah).

Jangan Tangguh Taubat

Antara perkara jangan ditangguh-tangguh ialah melakukan taubat. Amatlah baik jika melakukan taubat sepanjang masa bagi memastikan perjalanan hidup mendapat keampunan Allah. Sebenarnya melakukan taubat tidak hanya apabila melakukan dosa. Taubat juga satu bentuk ibadat. Bertaubat akan membersihkan jiwa dan menjauhkan diri daripada kemungkaran. Biarpun pintu taubat sentiasa terbuka, namun ada batasan waktunya. Taubat hanya diterima selagi nyawa belum sempai di halkum atau ketika hampir sangat dengan kematian. Sabda Rasulullah bermaksud: “Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat hamba-Nya, selagi nyawa belum sampai di halkum (yakni belum sakaratulmaut).” (Hadis riwayat Tarmizi). Ramai orang menangguh-nangguhkan taubat disebabkan ingin menunggu usia tua. Semasa usia muda mereka ingin melakukan segala macam perkara yang mendatangkan keseronakan dan kepuasan.
Kebanyakan perbuatan itu adalah dosa, termasuklah dosa besar. Apabila tua baru mereka ingin bertaubat dan menumpukan sepenuh masa dan tenaga untuk beribadat. Kononnya ketika usia tua nafsu untuk melakukan perbuatan dosa sudah tiada lagi. Mereka telah puas menikmati kehidupan di dunia, dan tambahan pula tenaga telah berkurangan. Angan-angan mereka itu semata-mata didorong oleh syaitan. Ramai individu yang telah memasuki peringkat usia tua tetapi masih hanyut dengan pelbagai jenis dosa. Mereka terus dikuasai syaitan yang tidak mahu gagal dalam usaha selama ini. Syaitan semakin bersemangat dan bersungguh-sungguh memperdayakan manusia hingga ke akhir hayat. Sesungguhnya sikap bertangguh dalam hal apa sekalipun tidak mendatangkan kebaikan, melainkan bertangguh daripada melakukan kemungkaran. Sesiapa menangguhkan niat melakukan kemungkaran, pada dirinya sudah mendapat satu kebaikan. Individu yang berjaya menangguhkan diri daripada melakukan kemungkaran, dia tidak menghadapi kesukaran untuk terus mengelakkan diri daripada melakukan kemungkaran itu. Janganlah bertangguh lagi untuk melakukan perkara kebaikan. Rebutlah setiap kesempatan masa masih hidup ini untuk mengabdikan diri kepada Allah, melaksanakan apa yang disuruh dan menjauhkan apa dilarang. Orang yang tidak bijak menguruskan masa berdepan dengan kegagalan melaksanakan tugas seharian. Tugas yang sepatutnya dapat dilakukan dalam tempoh masa yang singkat terpaksa pula dilakukan lebih lama. Bangsa yang berjaya ialah bangsa yang mementingkan penggunaan masa. Kita dapat lihat bagaimana bangsa Jepun dapat mencapai kemajuan dan kejayaan disebabkan mereka amat menghargai masa. Orang Jepun memenuhi masa seharian dengan bekerja dan membaca yang dapat menambah ilmu bagi mendapat kehidupan yang lebih baik. Orang yang mengurus masa dengan baik sentiasa mengharapkan sesuatu yang lebih baik dalam hidupnya.
Setiap masa yang berlalu bermakna semakin banyak perkara kebaikan telah dilakukan dan semakin banyak pula bekalan hidupnya di akhirat. Beruntunglah sesiapa berjaya mengurus masa dengan baik kerana dia tidak terjermus dalam melakukan perkara sia-sia. Perbuatan sia-sia bukan saja tidak mendatangkan kebaikan, tetapi menambah lagi beban dosa yang terpaksa ditanggung. Sebab itu Syaidina Umar menasihatkan seluruh orang Islam agar mementingkan peningkatan kebaikan dalam kehidupan seharian. Kata-kata beliau yang paling hikmah berkaitan nilai kehidupan berbunyi: “Celakalah bagi orang Muslim yang hari ini lebih buruk dari hari semalam dan hari esoknya lebih buruk dari hari ini.” Imam Hasan al-Bana pula mengungkapkan: “Waktu adalah kehidupan. Kehidupan manusia adalah waktu yang dilaluinya dari mula dia lahir hingga meninggal dunia.” Oleh itu sesiapa mensia-siakan masa bermakna dia telah mensia-siakan kehidupannya atau menghabiskan sebahagian daripada nyawanya tanpa mendapat sebarang manfaat. Mereka itulah orang yang rugi hidup di dunia ini, yang menghabiskan masa hidup tidak ubah seperti binatang, hanya memuaskan nafsu semata-mata. Sesungguhnya Allah akan mempersoalkan di akhirat nanti masa yang kita habiskan di dunia ini. Jadi, menguruskan masa adalah satu amanah daripada Allah yang perlu dilakukan oleh setiap orang. Allah memberi peringatan agar sentiasa membuat persediaan untuk hari esok. Firman Allah bermaksud: "Wahai orang beriman, hendaklah bertawakal kepada Allah dan buatlah perhitungan untuk menyahut kedatangan hari esoknya (hari kiamat). Dan (sekali lagi diingatkan) bertakwallah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat meliputi pengetahuan-Nya segala yang apa kamu kerjakan" (Surah al-Hasyr, ayat 71).
Sebaik-baik Muslim ialah yang berjaya menguruskan masa dengan baik. Dia beroleh kejayaan hidup di dunia dan akhirat di atas kebijaksanaan menguruskan masa dengan perkara takwa dan keimanan.

Tuesday, May 6, 2008

Pengenalan Ilmu Fiqh'

  1. Apa dia Ilmu Fiqh? - Ilmu Fiqh ialah ilmu pengehtahuan yang membicarakan tentang hukum-hukum Islam yang mengenai perbuatan manusia.
  2. Apakah yang terkandung di dalam Ilmu Fiqh? - Ilmu Fiqh mengandungi empat (4) bahagian yang besar iaitu 1.Bahagian Ibadah, bahagian ini membicarakan yang berhubung dengan amal ibadah manusia terhadap Allah s.w.t seperti Solat, Puasa dan Zakat. 2.Bahagian Muamalah: Bahagian ini membicarakan hukum-hukum yang berhubung dengan perbuatan manusia dalam penghidupanya sehari-hari dengan sesama manusia mengenai harta seperti jual beli, upan mengupah dan hadiah. 3.Bahagian Munakahat: Bahagian ini membicarakan hukum-hukum yang berhubung dengan hal perbuatan manusia dalam hal-ehwal berkeluarga seperti nikah kahwin, cerai dan kewajipan suami isteri. 4.Bahagian Jenayat: Bahagian ini membicarakan hukum-hukum yang berhubung dengan perbuata manusia dalam keadilan dan kehakiman seperti bunuh, curi dan saksi.

Hukum Islam : Hukum Islam itu terbahagi kepada tujuh bahagian

  1. Wajib : ialah sesuatu yang mesti dikerjakan dan jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. seperti mengerjakan Solat lima waktu dalam sehari semalam. (Apakah dia perbezaan Wajib dan Fardu? : Perkataan Wajib dan Fardu sama sahaja maksudnya kecuali dalam bab Haji ada perbezaan.) Bahagian Fardu terbahagi kepada dua (2) iaitu Fardu Ain dan Fardu Kifayah. (Fardu Ain : sesuatu yang wajib dikerjakan(dilaksanakan) oleh setiap muslim Baligh, Berakal, kewajipan itu tidak terlepas dari tanggungjawab diri seseorang kecuali dirinya sendiri mengerjakan seperti mengerjakan Solat Lima Waktu sehari semalam. (Fardu Kifayah : Sesuatu yang wajib dikerjakan oleh sekalian orang Islam yang Baligh lagi Berakal {kewajipan dan tanggjungjawab bersama}, dan jika kewajipan itu dikerjakan oleh sebahagian dari orang Islam maka terlepas ia daripada yang lain, tetapi jika kewajipan itu tidak dikerjakan, maka sekalian orang Islam menanggung Dosa seperti Solat Jenazah.)
  2. Sunat : Sesuatu yang di galakan oleh agama supaya dikerjakan, jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa, seperti mengerjakan Solat Sunat Aidil Adha.
  3. Haram : Sesuatu yang misti di tinggalkan, jika ditinggalkan mendapat pahala dan jika di kerjakan mendapat dosa seperti mencuri.
  4. Makruh : Sesuatu yang di galakan di tinggalkan, jika ditinggalkan mendapat pahala dan jika dikerjakan tidaka mendapat dosa seperti makan sesuatu yang berbau busuk.
  5. Mubah : Sesuatu yang boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, jika di tinggalkan tidak mendapat dosa seperti makan dan minum.
  6. Sah (soh) : Sesuatu yang dikerjakan dengan sempurnanya mengikut syarat dab rukunya yang tertentu seperti solat yang dikerjakan dengan berwudu' serta dengan aturan di dalam waktunya dan seperti Akad Nikah yang di jalankan oleh wali di depan saksi-saksi dengan lafaz yang tertentu menurut aturanya yang tertentu.
  7. Batal : Sesuatu yang dikerjakan dengan tidak mengikut syarat dan rukunya yang tertentu seperti puasa di bulan Ramadhan yang dikerjakan dengan tidak berniat pada waktu malam.

Mukalaf : ialah orang di tuntut supaya melaksanakan ajaran agama islam dan mempunyai syarat yang cukup iaitu (I)Baligh (بالغ ) (II)Berakal (III).Sampai seruan Islam kepadanya

(i) Baligh : ialah orang yang sudah sampai umur untuk menanggung kewajipan Agama. I.I tanda baligh bagi lelaki adalah telah keluar air mani setelah berumur dalam lingkungan 9-15 tahun. I.II bagi perempuan adalah telah keluar air mani setelah berumur dalam lingkungan 9 tahun atau datang haid atau mengandung atau telah berumur 15 tahun.

Mumaiz : adalah kanak-kanak yang sudah dapat mengerjakan tugas-tugas dirinya sendiri seperti makan dan minum dan tahu membezakan di antara buruk dan baik sesuatu perkara

Syarat : ialah sesuati yang mesti ada bagi sesuatu perkara yang lain tetapi ia bukan suatu bahagian dari hakikat sesuatu perkara yang lain itu, seperti Wudu' adalah syarat sah solat, tetapi wudu' bukan sesuatu bahagian daripada sembahyang.

Rukun : ialah sesuatu yang mesti ada bagi adanya sesuatu perkara yang lain dan ia suatu bahagian dari hakikat sesuatu perkara yang lain itu sendiri seperti membaca Al-Fatihah adalah rukun bagi solat.

"والله علم"

Monday, May 5, 2008

Solat Nafilah (Solat Sunnat)

Solat Nafilah ialah solat selain shalat lima waktu (solat wajib). Terbahagi kepada dua iaitu ada yang mengerjakannya itu di sunahkan dengan jama'ah dan ada yang tidak perlu dengan jama'ah (yakni munfarid sudah cukup). Yang dengan jama'ah ialah solat 'idain (dua hari raya), Tarawih, Istiqa' dan lain-lainnya. Adapun yang tidak dengan jama'ah itu ada yang termasuk golongan Rawatib dan ada yang bukan termasuk golongan Rawatib, misalnya solah Dhuha, Solat Wudu', Solat Tahajjud dan lain-lain sebagainya.
Solat Rawatib : iaitu solat sunnah yang mengikuti solat fardu lima waktu, baikpun di kerjakan sebelum solat fardu itu ataupun sesudahnya dengan muakkadah (disunahkan) dan ghair muakkadah.
Solat sunat Rawatib yang muakkadah ini ada sepuluh rakaat iaitu :
1. Dua rakaat sebelum Zohor
2. Dua rakaat selepas Zohor
3. Dua rakaat selepas Maghrib
4. Dua rakaat selepas Isya'
5. Dua rakaat sebelum Subuh.
Solat Sunat Rawatib yang ghair muakkadah ada dua belas rakaat iaitu :
1. Dua rakaat sebelum Zohor
2. Dua rakaat selepas Zohor
3. Empat rakaat dengan dua kali salam sebelum Asar
4. Dua rakaat sebelum Mahgrib
5. Dua rakaat sebelum Isya
Solat yang tidak di Sunahkan berjama'ah
  1. Solat Sunat Wittir : Waktunya ialah selepas solat isya sehingga menyingsing fajar shadiq, Paling kurang dilakukan adalah dua rakaat, sebanyak-banyaknya adalah sebelas rakaat dan paling tidak dapat dilakukan dengan sempurna ialah 3 rakaat. Di dalam rakaat pertama selepas selesai membaca Al-Fatihah di ikuti membaca surat A'la (sabbihisma rabbikal a'la, dengan rakaat keduanya membaca surah AL-Kafirun (Qulyaa ayyuhal kaafirun) dan rakaat ketiganya surah tiga Qul iaitu Surah Al-Ikhlas, Surah Falaq dan Surah An-Nas. Dalam rakaat terakhir sekali apabila bulan ramadhan telah berlalu setengah bulan (1/2) maka di sunahkan membaca doa Qunut dan Bacaanya seperti Qunut Suboh. Perlu di fahami oleh kita bahawa dalam Bulan Ramadhan, Solat Sunat Witir ini di sunnahkan di kerjakan dengan jama'ah selepas mengerjakan Solat Sunat Tarawih.
  2. Solat Sunat Tahiyatul Masjid : Orang yang masuk ke dalam Masjid dan selepas mengambil Wudhu' itu di sunahkan bersembahyang dua rakaat tahiyatul masjid sebelum duduk.
  3. Solat Sunat Dhuha : Waktunya ialah mulai matahari naik kira-kira setinggi tombak yaini sepenggalah sehingga tergelincirnya matahari. Paling tidak dilakukan dua rakaat dan juga boleh dilakukan sehingga lapan rakaat.
  4. Solat Sunat Wudhu' : Waktunya ialah setiap kali selesai mengambil wudhu' dan di lakukan dua rakaat.
  5. Solat Sunat Istikharah : Dari segi makna sendi membawa erti istiharah itu kepada memohonkan pilihan kepada Allah s.w.t zat Yang Maha Berkuasa kepada setiap sesuatu. Maka ia sunah dilakukan apabila hendak mengerjakan salah satu pekerjaan di antara dua perkara atau beberapa perkara yang perlu mengadakan pilihan misalnya hendak berkahwin dan calon jodohnya itu lebih dari seorang, atau hendak berdagang apa yang lebih baik, pakaian, tanaman dan lainnya. Rakaatnya ada dua dan waktunya bila-bila masa sahaja sunat dilakukan.
  6. Solat Sunat Tahajjud : Waktunya ialah pada malam hari sebaik-baiknya ialah sesudah bangun dari tidur pada sepertiga malam terakhir dari waktu malam. Paling tidak dilakukan adalah dua rakaat dan tidak ada batas rakaat untuk melaksanakannya. Peringatan: Sekiranya di dalam waktu malam itu ada mengerjakan Solat Sunat Witir dan Solat Sunat Tahajut maka Witirnya dilakukan pada akhir solat.
  7. Solat Sunat Hajat : Solat yang dilakukan apabila ada sesuatu perkara di hajatkan baikpun pada urusan duniawi dan keagamaan. Boleh di lakukan pada bila-bila masa. Dilakukan dengan dua rakaat dan sekali salam. Ada satu cara khusus dalam mengerjakan solat sunat hajat ini yang dicantumkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin jilid pertama dan beliau menyebutkan bahawa segala macam keperluan yang dipohonkan oleh seorang hamba kepada Allah s.w.t dengan cara solat itu, Insyallah akan segera dikabulkan selama yang di kehendaki itu bukan satu kemasksiatan. Sebaik-baiknya dilakukan di waktu tengah malam setelah dua pertiga. Kira-kira antara jam dua sampai jam tiga malam. Sesudah selesai bertharoh lalu bersembahyang dua belas rakaat dan setiap dua rakaat hendaklah bersalam. dengan demikian salamnya enam kali. setiap rakaan setelah selesai membaca Al-Fatihah di ikuti ayat Kursi, kemudian disambung surah Al-Ikhlas , Apabila dua rakaat telah selesai maka secara langsung terus melakukan sujud dan dalam sujud itu membaca doa' (dapatkan doa itu pada rujukan yang berhampiran) selesai membaca doa' lalu mohonlah apa sahaja yang di maksudkan.
  8. Solat Sunat Taubat : Solat ini perlu dikerjakan oleh seorang yang menginginkan hendak bertaubat yang sebenar-benarnya secara taubah nasuha kepada Allah s.w.t dan berjanji tidak akan mengulangi dosanya lagi. Boleh dilakukan pada bila-bila masa dengan dua rakaat.
  9. Solat Sunat Tasbih :
  10. Solat Sunat Ihram dan
  11. Solat Sunat Thawaf :

Sejarah Lahirnya Nabi Muhammad s.a.w, Salasilahnya dan Tahun Kelahiranya

Nabi Muhammad s.a.w adalah putra tunggal dari Abdullah Bin Abdul Mutalib Bin Hisyim, Bin Abd Manaf Bin Qusai Bin Hakim Bin Murrah, Bin Ka'ab, Bin Lu'ai, Bin Ghalib, Bin Fihr, Bin Malik, Bin Mudhar, Bin Nizar, Bin Ma'ad, Bin Adnan, keturunan Nabi Isma'ail Bin Ibrahim a.s.Beliau dilahirkan di rumah Abi Thalib, pakciknya pada hari Isnin tanggal 12 bulan Rabi'ul-Awal bertepatan pada 20 April 571 Masehi, tahun yang dikenal dalam sejarah dengan Tahun Gajah. Ia di tinggalkan oleh ayahnya yang wafat sewaktu ia masih dalam kandungan, dan oleh ibunya sewaktu ia berusia empat tahun.

TAHUN GAJAH : ialah tahun dimana sepasukan tentera berkenderaan gajah di bawah pimpinan "Abrahah" Pengusaha Habasyah (Ethiopia) datang menyerbu kota Mekkah dengan tujuan hendak merobohkan dan menghancurkan Ka'bah Baitullah. Abrahah ialah seorang penganut agama Nasrani yang "Fanatik". Ia mengirim tenteranya ke Yaman untuk menhancurkan kerajaan Dzu-Nuwas yang beragama yahudi kerana marah mendengar bahwa orang-orang Nasrani terpaksa bekerja dengan kekerasan dan cara-cara yang kejam melepaskan agama Nasraninya dan memeluk agama yahudi. Dengan mudah Abrahah dapat menghancurkan pertahanan Dzu-nawas dan menguasai seluruh Yaman dengan tenteranya yang lebih kuat dan lebih sempurna. Ia segera membangun sebuah gereja yang megah dan besar di San'a, ibukota Yaman bertujuan mengalihkan perhatian orang dari Ka'bah yang terletak di Kota Mekkah yang tandus itu. Akan tetapi gerejanya yang megah dengan kelengkapan yang serba mewah itu tidak mendapat perhatian dan kunjungan orang sebagaimana di harapkan. Jangankan orang dari luar Yaman dantang mengunjungi gerejanya Abrahah itu, sedangkan orang Yaman sendiri masih tetap berkiblat ke Makkah tetap berduyun-duyun(berpusu-pusu) sebagaiman biasa mengujungi ke Mekkah untuk ke Baitullah yang mereka puja dan hormati sejak di bangunkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Abrahah merasa kesal melihat gerejanya tidak mendapat perhatian dan angan-angannya menjadikan bangunan itu sebagai saingan penganti Ka'bah telah meleset sama sekali. Bahkan sebagai kebalikan agan-angan dan apa yang ia harapkan ia memperolehi tamparan tatakala mendengar bahawa pada suatu malam gerejanya telah di nodai oleh seorang yang berani membuang kotoran besarnya(najisnya) di atas lantai gerejanya itu.
Abrahah naik marah yang tersangat dan merancangkan (rencanakan) akan mengadakan pembalasan terhadap orang yang melakukan perbuatan yang kurang ajar itu, yang ia tidak sangsikan lagi bahawa pelakunya adalah salah seorang daripada mereka yang memuju-muja Ka'bah. Kerana itu ia mengambil keputusan, Ka'abah yang mereka puja itu harus di hancurkan dan dirobohkan menjadi rata dengan tanah. Maka berangkatlah Abrahah dengan bala tenteranya yang berkenderaan gajah menuju ke kota Mekkah dengan mengenakan pakaian kebesaran lengkap dan didampingi oleh seorang yang bernama Abu Rughal selaku penasihat dan penunjuk jalan. Dalam perjalanan dari San'a ke Mekkah, tiap suku bangsa Arab yang dilalui oleh bala tentera Abrahah di paksa menyatakan taat, setia dan tunduk kepada kerajaannya. Dan ketika tiba di suatu tempat bernama "Almughammas" yang terletak di jalan antara Tha'if dan Mekkah, Abrahah memerintahkan orang-orangnya merampas barangan kekayaan milik penduduk Tuhamah dari suku Quraisy di antaranya dua ratus ekor untu milik Abdul Mutallib Bin Hashim, nenek Nabi Muhammad s.a.w yang mana pada waktu itu di pandang sebagai pemuka dan pemimpin sukunya di samping jawatanya sebagai pelayan dan membahagikan air zam zam kepada jemaah pengunjung Ka'bah. Jawatan itu merupakan jawatan kehormatan yang hanya diberikan kepada orang-orang terkemuka dan disegani di antara suku Quraisy. Selagi para pemuka suku Quraisy dan suku arab lainya bermusyuarah merundingkan sikap yang harus diambil menghadapi bala tentera Abrahah yang datang hendak menyerang Ka'bah dan sudah mulai merampas barang-barang ternak mereka, tiba-tiba datang utusan Abrahah mengundang para pemuka itu untuk datang menghadap di tempat perkemahannya di luar kota Mekkah.
Maka datanglah Ketua yang mewakili penduduk Mekkah menghadap Abrahah di bawah pimpinan Abdul Mutalib.Mereka diterima dengan hormat oleh Abrahah dan ramah tamah. Abdul Mutalib seorang pemimpin yang berparas tampan, gagah serta menegaskan kewibawaan di dudukan oleh Abrahah di sebelahnya sebagai tanda penghormatan. Berkata Abrahah kepada mereka "kami datang kemari tidak bermaksud untuk memerangi kamu, tetapi tujuan kedatangan kami ialah hendak merobohkan Ka'bah,sebagai pembalasan oleh salah seorang pemujanya yang telah menodai gereja yang kami bangun di San'a dengan membuang kotoran najis di atas lantai. Maka jika kamu tidak menghalang kami melaksanyakan maksud dan tujuan kami itu, kami sekali-kali tidak akan mengganggu kamu dan tidak ada setitis darah pun akan mengalir,". Abdul Mutalib selaku pemimpin Kota menjawab dengan tegas "Kami pun tidak bermaksud berperang atau mengadakan perlawanan terhadap pasukanmu, kerana memang kami tidak bersiap untuk itu dan kami pun sedar bahawa kami tidak akan terdaya menghadapi pasukan dan bala tenteramu yang besar dan lengkap itu," Abrahah berucap "Baiklah, jika memang demikian sikap dan pendirianmu menyambut kedatanganku ke mari, maka adakah hal-hal lain yang kamu ingin ajukan kepadaku?," Abdul Mutalib menjawab "Kami hanya mengharap engkau dapat mengembalikan harta milik dan ternak kami yang telah di rampas oleh tenteramu,". "Wahai Bapa suku Quraisy," Abrahah berkata, "sesungguhnya begitu aku melihat parasmu begitu pula aku menaruh rasa simpati dan hormat kepada dirimu, Akan tetapi setelah mendengar tuntutanmu dan permintaan yang engkau ajukan kepadaku ini, sungguh sangat menghairankan sikapmu ini, Aku mengira pada mulanya bahawa engkau akan mempertahankan nasib Ka'bah, rumah suci pujaanmu dan pujaan nenek moyangmu, dan apabila aku datang hendak merobohkanya, dan bukan nasib dua ratus ekor unta yangtelah di rampas oleh askarku, ternyata dari sikapmu ini bahawa engkau menganggap remeh soal Ka'bah, rumah suci yang di puja oleh bangsamu sejak zaman Nabi Ibrahim sehingga kini, dan kerana engkau bersikap acuh tidak acuh menghadapi nasibnya, bagimu soal dua ratus ekor unta yang di rampas oleh askarlu lebih utama dan lebih penting untuk diselamatkan berbanding Ka'bah yang sebentar lagi akan ku hancurkan. Sungguh aku merasa kecewa melihat pendirianmu yang aneh ini." Abdul Mutalib menjawab "Dua ratus ekor unta adalah milik peribadi dan sudah sepatutnya jika aku ingin berusaha ingin menyelamatkanya, sedang rumah suci Ka'bah ada pemiliknya sendiri dan Dialah yang Maha Kuasa akan melindunginya,". "Ka'bah tidak akan terlindung dan lolos(lepas) dari rencanaku,", tutur Abrahah dengan sombongnya. "terserahlah kepadamu dan kepada tuan pemiliknya yang akan melindunginya," jawab Abdul Mutalib dengan sikap dinginya. Kemudian Abrahah berseru kepada orang dan askarnya agar harta milik termasuk dua ratus ekor unta kepunyaan Abdul Mutalib dan kawan-kawanya yang telah dirampas di serah dan dikembalikan kepada para pemiliknya.
Seruan Abrahah itu disambut oleh Abdul Mutalib dan kawan-kawanya dan menasihatkan agar membatalkan rancangan dan maksudnya untuk menghancurkan Ka'bah dengan di beri imbuhan sepertiga dari harta kekayaan penduduk Mekkah akan diserahkan kepadanya. Akan tetapi usul kompromi itu di tolak mentah-mentah oleh Abrahah dan kembalilah para anggota perundingan ke rumah masing-masing di Mekkah dengan rasa kecewa dan cemas sambil menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Menghadapi kenyataan bahawa Abrahah tidak dapat di lunakkan(lembutkan) hatinya agar membatalkan niat jahatnya menghancurkan Ka'bah, maka Abdul Mutalib menyeru kepada penduduk Kota Mekkah, terutama mereka yang tinggal di sekitar Ka'bah agar menjauhkan diri dan mencari perlindungan di atas bukit-bukit yang berada disekitar Kota Mekkah. Dan setelah menjadi kosong daerah sekitar Masjidil Haram di tinggalakan oleh para penduduknya yang berpusu-pusu dengan mengendong bayi dan anak masing-masing serta haiwan ternakan menuju ke tempat yang aman, pergi lah Abdul Mutalib bersama beberapa pemuka Quraisy menghadap Ka'bah seraya berdoa kepada Allah s.w.t agar melindungi dari kehancuran dan kebinasaan.
Penduduk Mekkah yang berlindung di atas-atas bukit dengan rasa cemas dan gelisah menantikan gempuran Abrahah ke atas Ka'bah (baitullah) sebagimana yang di ancamkan. akhirnya mereka merasa lega ketika mendengar bahawa secara tiba-tiba Abrahah meninggalkan tempat perkemahan dan kembali ke San'a bersama sisa pasukannya yang tidak sempat melancarkan gempuran yang di perintahkan Abrahah, kerana datang secara mendadak dari sepasukan burung yang berterbangan melempari mereka dengan batu-batu yang berasal dari tanah terbakar panas. Pasukan burung yang dikirim oleh Allah dengan batu-batu yang terbakar itu menjadikan tubuh-tubuh anggota tentera Abrahah hancur dan jatuh berserak di atas tanah sehingga tersisa golongan kecil dari anggota tentera yang dapat pulang kembali bersama Abrahah dengan menderita luka-luka parah akibat jatuhnya batu-batu atas kepala dan tubuh mereka.
Peristiwa tentera bergajah ini adalah salah satu mukjizat dari Allah s.w.t mendahuli kelahiran Nabi Besar, Rasul Penutup Muhammad s.a.w dan sebagai isyarat pertama bagi perlindungan Tuhan terhadap agama terakhir yang akan dibawa oleh rasul terakhirnya Muhammad s.a.w
Sumber rujukan dalam Al-Quran Suroh Al-Fil ayat 1 hingga 5
Masyallah...Wallahualam..

Sumber Hukum : rujukan kitab Imam syafi'e r.a

Adapun pokok agama Islam itu empat perkara
1. Al-Quran : ialah kitab Allah swt yang diturunkan kepada junjungan nabi Muhammad S.a.w yang keperluannya adalah untuk membaiki segenap ummah manusia dalam soal-soal yang berhubung erat dangan agama Islam, dunia serta akhirat.
2. Hadis : ialah sabda-sabda baginda serta tindakan (amalan) beliaun, demikian iqrarnya yang menerangkan berbagai masalah atau hukum dalam agama Islam dan pula memberikan petunjuk kepada para manusia tentang hukum-hukum tersebut.
3. Ijma : ialah permuafakatan para Imam, Ulama yang sama dalam ijtihad setelah wafatnya nabi Muhammad s.a.w di dalam saat apapun jua dan juga di dalam perkara apa pun.
4. Qias : Membandingkan hukum(menjatuhkan) hukum dari sesuatu perkara yang tidak ada dalilnya dengan hukum perkara lain yang menyamai kerana persamaannya dua perkara tersebut.